DERAI-DERAI CEMARA
oleh : Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Dalam sebuah Puisi…tidaklah harus memilih kata-kata yang rumit dan asing untuk menyampaikan sebuah gagasan atau Pesan.
Kita lihat Puisi sang Legenda Penyair Chairil Anwar di atas…sangat sederhana bukan?
Dan keindahan yang di munculkan sangat kita rasakan…
Dan puisi-2 chairil banyak yang menjaga rima untuk menawarkan sebuah pembacaan yang indah ..bisa kita lihat..
Jauh…malam….merapuh…terpendam….(untuk bait pertama dan pada akhir kalimatnya)
Dan juga jalinan kata , pertautan antar baitnya sangat terasa..mulai penggambaran suasana pada bait pertama dan sebuah ending di bait terakhir yang merupakan sebuah renungan yang dalam.
“Hidup hanya menunda kekalahan” …..
Memang kita pada akhirnya kalah dan menyerah dengan kematian…karena jasad dan waktu adalah fana.
Tetapi penekanannya bukan pada kata KALAH tapi pada kata MENUNDA..
Mengandung pengertian “tundalah kematianmu dengan mengisi hidupmu dengan segala kebaikan yang kita miliki. Agar berguna bagi orang lain.”
Demikianlah Chairil Anwar yang meninggal di usia 27 tahun sudah begitu banyak memberikan perenungan pada kita tentang Hidup, dan juga bagaimana membuat puisi yang indah.
Tentunya kita tidak harus meniru gaya berpuisi d seperti CA, setiap orang punya style atau cara pengungkapan masing-masing.
Yang jelas menurut saya Puisi yang bagus adalah bagaimana merangsang daya imajinasi pembaca saat membaca larik-larik dalam puisi tersebut.
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Dalam sebuah Puisi…tidaklah harus memilih kata-kata yang rumit dan asing untuk menyampaikan sebuah gagasan atau Pesan.
Kita lihat Puisi sang Legenda Penyair Chairil Anwar di atas…sangat sederhana bukan?
Dan keindahan yang di munculkan sangat kita rasakan…
Dan puisi-2 chairil banyak yang menjaga rima untuk menawarkan sebuah pembacaan yang indah ..bisa kita lihat..
Jauh…malam….merapuh…terpendam….(untuk bait pertama dan pada akhir kalimatnya)
Dan juga jalinan kata , pertautan antar baitnya sangat terasa..mulai penggambaran suasana pada bait pertama dan sebuah ending di bait terakhir yang merupakan sebuah renungan yang dalam.
“Hidup hanya menunda kekalahan” …..
Memang kita pada akhirnya kalah dan menyerah dengan kematian…karena jasad dan waktu adalah fana.
Tetapi penekanannya bukan pada kata KALAH tapi pada kata MENUNDA..
Mengandung pengertian “tundalah kematianmu dengan mengisi hidupmu dengan segala kebaikan yang kita miliki. Agar berguna bagi orang lain.”
Demikianlah Chairil Anwar yang meninggal di usia 27 tahun sudah begitu banyak memberikan perenungan pada kita tentang Hidup, dan juga bagaimana membuat puisi yang indah.
Tentunya kita tidak harus meniru gaya berpuisi d seperti CA, setiap orang punya style atau cara pengungkapan masing-masing.
Yang jelas menurut saya Puisi yang bagus adalah bagaimana merangsang daya imajinasi pembaca saat membaca larik-larik dalam puisi tersebut.
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment