Loading

Choose Your Languange

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Your solutions

Tuesday, May 10, 2011

Khutbah Jum'at (Obat Kesedihan)

OBAT KESEDIHAN
إِنّ الْحَمْدَ لِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ الُ فَلَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَ هَادِيَ
لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَ إِلهَ إِلّ الُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا الَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلَ تَمُوْتُنّ إِلّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا الَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلَرْحَام إِنّ الَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا الَ وَقُوْلُوْا قَوْلً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا
بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى ال عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ
بِدْعَةٍ ضَلَلَةً، وَكُلّ ضَلَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah tercurah
kepada kita. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan kita ke dalam golongan hambahambaNya
yang bersyukur, sehingga Allah akan menambah pemberiaan nikmatNya. Sesungguhnya
Allah memberikan rizki kepada siapa saja yang dikehendakiNya dengan tanpa batas, Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ
وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَْ
فَتَقَبَّلَهَا رَبَُّا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتََا نَبَاتا حَسَنا ﴾ عِندَهَا رِزْقا قًَالَ يَا مَرْيَ أَُنَّ لَكِ هَ ذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ الِّ إنَّ الَّ يَرْزُقُ مَن يَشَاء بُِغَيِْ حِسَابٍ ﴿ ٣٧
“Maka Rabbnya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya
dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya
masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata:"Hai
Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini" Maryam menjawab:"Makanan itu dari sisi
Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS.
Ali ‘Imran: 37)
Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Keimanan seseorang bisa berubah-ubah, dapat meningkat juga dapat merosot tajam. Keimanan akan
meningkat dengan amalan shalih yang dikerjakan. Dan kemerosotannya disebabkan terjadinya
pelanggaran syari’at dan maksiat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan
keimanan dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad hasan,
“Sesungguhnya keimanan dapat menjadi lekang, bagaikan baju yang bisa berubah usang. Karena
itu, mintalah kepada Allah agar Allah memperbaharui iman dalam hati kalian.”
Kita harus memonitor keimanan yang merupakan barang paling berharga yang kita miliki. Kita
mesti mengontrol amalan yang selama in biasa kita lakukan. Jangan sampai terjadi kemerosotan,
apalagi sampai keimanan hilang dari dada. Kemerosotan iman saja sangat merugikan manusia,
apalagi jika seseorang murtad, keluar dari agama Islam, sudah tentu kerugian dunia akhirat pasti
didapat. Sahabat Abu Darda Radhillahu ‘anhu berpesan, “Termasuk tanda kecerdasan seorang
(hamba) Muslim, ia selalu mengetahui apakah imannya sedang naik ataupun menurun.”
Oleh karena itu marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala karena taqwa adalah
sebaik-baik bekal bagi seorang hamba dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.
Kaum Muslimin Rahikumullah,
Kehidupan manusia tidak selamanya bahagia. Manusia tidak terlepas dari yang namanya kesedihan,
kesusahan, kesempitan dan berbagai macam musibah yang menimpa hati. Kondisi yang seperti ini
menimpa seluruh manusia, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah.
Dan setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk mengobati penyakit tersebut. Dan tidak jarang
cara-cara tersebut hanya bisa menghilangkan kesedihan sementara, lalu setelah itu justru
mendatangkan kesengsaraan yang bertambah parah. Maka kita dapatkan kebanyakan mereka
menghilangkan kesedihan dengan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, merokok
mendatangi dukun, mendengarkan musik dan lain-lain yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah. oleh
sebab itu bukanlah ketenangan dan kelapangan hati yang mereka dapatkan tetapi justru kesempitan
dan kesengsaraanlah yang mereka rasakan, karena mereka telah jauh dari tuntunan Islam.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَنَحْشُُه يَُوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴿
عَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَُ مَعِيشَةً ضَنكا ﴾ وَمَنْ أَ ١٢٤ْ
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaha: 124)
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Adapun kita kaum Muslimin, maka kita memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan penyakit
tersebut, tentunya dengan obat-obat yang telah diberikan oleh Allah dan RasulNya. Obat yang
pertama adalah kita meyakini bahwa kesedihan dan kesusahan yang menimpa kita, sudah
ditaqdirkan oleh Allah, maka ketika kita menyadari hal tersebut akan tenanglah hati kita dan
lapanglah dada kita.
Kemudian obat berikutnya adalah do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam menghadapi
kesedihan. Ini sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu
bahwasannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَصَابَ عَبْدًا هَمٌ وَلَْ حُزْنٌ، فَقَالَ: اللّهُمّ إِنّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صدَْرِي، وَجِلءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمّي وَغَمي إِل أَذْهَبَ اللّهُ هَمّهُ وَغَمهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا
“Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan dan kesedihan kemudian dia berdo’a, “Ya Allah,
sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hamba laki-lakiMu, dan anak hamba perempuanMu,
ubun-ubunku di tanganMu, berlaku kepadaku hukumMu, adil atasku QadhaMu (keputusanMu), aku
meminta kepadaMu dengan seluruh nama-namaMu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau
dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada
kepada salah satu hambaMu, supaya Engkau menjadikan al-Qur’an penyiram hatiku, cahaya
dadaku, pengusir kesedihanku, penghilang kecemasan dan kegelisahan, kecuali Allah akan
menghilangkan kesusahannya dan menggantinya dengan kesenangan.”
Tentunya di dalam berdo’a dengan do’a di atas kita harus faham dengan makna yang terkandung di
dalam do’a tersebut, supaya kita menghadirkan hati kita di dalam berdo’a. Karena Allah tidak
menerima do’a seorang yang hatinya lalai, dan salah satu sebab kelalaian tersebut adalah tidak
fahamnya kita dengan kandungan makna do’a tersebut.
Maka Ibnu al-Qayim Rahimahullah menjelaskan kandungan makna do’a tersebut sebagai berikut
• Pengakuan seorang hamba bahwa dia adalah hamba Allah, seorang makhluk yang harus
tunduk dan patuh terhadap semua perintah, dan ini menunjukkan bahwa dia tidak bisa lepas
dari pertolongan Allah, walaupun hanya sekejap mata. Ini juga menumbuhkan keyakinan
bahwa hanya Allahlah yang bisa menghilangkan kesedihannya.
• Persaksian dia bahwa ubun-ubunnya, dan ubun-ubun seluruh makhluk berada di tangan
Allah, oleh sebab itu dia tidak merasa takut dengan makhluk karena dia sadar bahwa dia dan
makhluk lain sama kedudukannya sebagai seorang hamba, dan makhluk yang lain tidak bisa
memberikan manfaat maupun menimpakan mudharat kepada dirinya.
• Memulai do’anya dengan tawassul yang disyari’atkan, yaitu dengan bertawassul dengan
nama-nama Allah, baik yang diketahui oleh manusia maupun yang tidak. Ini adalah dalil
bahwa nama-nama Allah tidak terbatas jumlahnya, karena di antara nama-nama Allah ada
nama-nama yang hanya Allah sendiri yang tahu, berarti sesuatu yang tidak bisa diketahui
oleh manusia tidak mungkin bisa dihitung.
• Dalam do’a ini terkandung permintaan seorang hamba supaya Allah Ta’ala menjadikan al-
Qur’an sebagai “Rabi’” bagi hatinya. Rabi’ adalah air hujan, maka Nabi menyerupakan
menyerupakan al-Qur’an dengan air hujan, karena sebagaimana air hujan menumbuhkan
bumi, maka al-Qur’an pun menghidupkan hati. Dan apabila hati kita hidup, maka hiduplah
seluruh anggota badan kita.
• Kemudian permintaan hamba supaya al-Qur’an dijadikan cahaya bagi dadanya, karena dada
yang bercahaya dan hati yang hidup adalah sumber kelapangan dan kebahagiaan seseorang.
• Permintaan seorang hamba supaya Allah menjadikan al-Qur’an penghilang kesedihannya,
karena kalau kesedihan dihilangkan dengan al-Qur’an, maka kesedihan tersebut tidak akan
kembali. Berbeda halnya apabila dihilangkan dengan selainnya seperti harta, anak, istri,
jabatan atau apapun selainnya, maka kesedihan akan kembali ketika obat-obat selain al-
Qur’an itu pergi.
• Dianjurkan bagi yang mendengar hadits ini untuk mengamalkannya sebagaimana perintah
Nabi kepada para sahabatnya pada hadits di atas.
Maka kesimpulannya, kesedihan dan kesempitan hati tidak akan bisa dihilangkan kecuali dengan
tauhid/ pemahaman yang benar tentang Allah, dan dengan al-Qur’an yaitu dengan menjadikan al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi hidup kita, yang senantiasa kita pahami serta kita amalkan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ الَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH YANG KEDUA
إِنّ الْحَمْدَ لِ رَبّ الْعَالَمِيَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَ إِلهَ إِلّ الُ وَلِيّ الصّالِحِيَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيَ اَللّهُمّ صَلّ عَلَى مُحَمّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا صَلّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمّابعد,
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Itulah obat yang dicontohkan oleh Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan dan ini
menunjukkan betapa sempurnanya agama kita. Tidaklah ada satu kebaikan pun kecuali kita sudah
dijelaskan dan tidaklah ada satu keburukan pun kecuali kita sudah diperingatkan untuk
menjauhinya. Kemudian kita juga diharuskan untuk menjauhi sebab-sebab munculnya kesedihan
dan kesempitan hati yaitu dengan menjauhi sikap berpaling dari al-Qur’an sebagaimana firman
Allah,
وَنَحْشُُه يَُوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
عَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَُ مَعِيشَةً ضَنكا وَمَنْ أَْ “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaha: 124)
Akhirnya marilah kita berdo’a semoga Allah memberikan kepada kita keistiqamahan di dalam ilmu
yang shalih dan amal yang shalih.
اَللّهُمّ صَلّ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا صَلّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلَمْوَاتِ، إِنّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنا ل تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَْيتَنا ، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمة ، إِنّكَ أنتَ الوّهابُ
رَبّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لّلّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبّنَا إِنّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
اَللّهُمّ يَا مُقَلّبَ الْقُلُوبِ وَالَبْصَارِ ، ثَبّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والمد ل رب العالي.
Oleh: Sujono
Disadur dari www.alosfwah.or.id

0 comments:

Post a Comment

Click Only